Hilman adalah mahasiswa semester tiga di sebuah universitas negeri terkemuka di negeri ini. Ada hal yang unik mengenai kegiatan perkuliahannya. Ia mengaku, selama tiga semester itu, ia tak pernah memikirkan secara serius mata kuliah yang akan diambilnya. Yang ia lakukan adalah menelepon sahabatnya, menanyakan kode-kode mata kuliah apa saja yang diambil sahabatnya itu. Selanjutnya, ia pun seratus persen meniru pilihan sahabatnya itu, tanpa tahu materi apa saja yang akan ia gali dan perdalam di semester yang akan datang.
Ada
kalanya ia begitu kaget dengan nilai kuliah yang harus dihadapinya, karena sama
sekali tak pernah terlintas dalam benaknya. Kadang, ia pun terpaksa menelan
materi yang sebenarnya tidak ia sukai. Semua itu ia jalani karena ia sendiri
tak pernah punya tujuan yang pasti dalam menempuh studinya itu.
Namun,
ada hal yang tiba-tiba mengubah drastis kebiasaannya itu, yaitu sebuah
peristiwa yang mengantarkan pada kesadaran akan makna syahadat. Kalimat yang
dibacanya paling sedikit sembilan kali dalam sehari itu, bukan sekadar kalimat
tanpa konsekuensi. Syahadat merupakan sebuah tekad dan komitmen bulat,
perjanjian antara seorang manusia dengan Tuhan Penciptanya untuk mengabdikan
diri dan hidup di jalan-Nya.
Apa
yang terjadi pada hilman adalah sebuah gambaran akan kesadaran pada MISI HIDUP.
Hilman dan kebanyakan manusia menjadi tak jelas arah hidupnya saat ia tak
menyadari SIAPA dirinya dan UNTUK APA ia ada di muka bumi ini. Mereka bagaikan
selembar daun kering yang hanya mengikuti ke mana angin menerbangkannya.
Apabila
keyakinan bersyahadat itu dipahami betul dan ditancapkan kuat dalam hati, maka
keyakinan itu akan berubah menjadi kekuatan dahsyat yang mendorong jiwa untuk
bergerak meraih cita-citanya.
salam165
0 komentar:
Posting Komentar