ESQ WAY 165

About

ESQ Way adalah sebuah metode Training untuk meningkatkan kecerdasan Emosi dan Spiritual yang di kembangkan oleh DR HC Ary Ginanjar Agustian.

31 Jul 2016

ESQ PUBLIC SPEAKING


Share:

30 Jul 2016

C O M I N G S O O N

Expanding Your Trueself


Share:

BAGAIMANA USAHA SUKSES DENGAN TANPA MEMILIKI MODAL DAN KEAHLIAN

Lembah Silikon telah melahirkan ribuan perusahaan, seperti Silicon Graphics, Oracle, Cisco System, dan lain-lain. Gagasan cemerlang berupa teknologi inovatif diyakini oleh beberapa perusahaan di Lembah Silikon mampu membuat orang berhasil. Namun, satu hal penting yang lebih besar dari sekadar gagasan besar adalah kolaborasi. Tidak semua orang yang memiliki modal akan berhasil, dan tidak pula orang yang hanya memiliki skill atau network saja. Justru, orang-orang yang mampu melakukan kolaborasilah yang akan lebih berhasil. 

Di fasilitas penelitian dan pengembangan Xerox Corporation di Lembah Silikon, Brown, seorang manajer, berkata “Di sini, segala sesuatu dikerjakan lewat kolaborasi, sama seperti di industri teknologi tinggi lainnya di dunia sekarang ini. Tak ada jenius yang mampu tampil sendirian.



Jadi, lakukan upaya untuk memberikan kelebihan yang Anda miliki, dan berikan kesempatan kepada orang lain untuk melakukan kolaborasi dengan Anda. Pak Ary menamakan ini “sedekah kolaborasi”.


“Dan teguhlah sekaliannya berpegang kepada tali Allah. Janganlah berpecah-belah (antara kamu), dan ingatlah nikmat Allah kepadamu, ketika kamu saling bermusuhan, lalu Ia padukan hati-hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. Kamu berada di tepi jurang api (neraka), dan Ia selamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya, supaya kamu beroleh bimbingan.” QS Ali ‘Imran (Keluarga ‘Imran) 3:103

Download VIDEO GRATIS disini bit.ly/ESQGratis


Share:

15 Jul 2016

BAGAIMANA MENGGOSOK INTAN AGAR KEMILAUNYA MENYINARI SEKITAR


Roda waktu terus berputar. Ramadan demi Ramadan pun akan meninggalkan kita. Bagi yang memahami makna puasa, maka berlalunya bulan Ramadan adalah melebihi pedihnya ditinggal kekasih yang dicinta. Kepergian Ramadan meninggalkan sesal, karena tak memberikan janji akan adanya kesempatan bertemu di masa mendatang.


Apa yang seharusnya dilakukan di bulan Ramadan sesungguhnya adalah sesuatu yang sangat penting, yaitu melawan dan menghancurkan cengkeraman nafsu. Jiwa manusia seringkali bagaikan intan kemilau yang berbalut berbagai belenggu. Prasangka, masa lalu, cara pandang, prinsip hidup, kepentingan pribadi, lilteratur dan pembanding kerap menjadi penghalang memancar cahaya permata dari nurani manusia. Karena itulah, tugas kita selama Ramadan adalah menggosok sang intan sehingga kemilaunya akan tampak dan menyinari sekitarnya. Cahaya fitrah akan memancar dari jiwa manusia, dialah cahaya kejujuran, cahaya tanggung jawab, cahaya visioner, cahaya disiplin, cahaya kebersamaan, cahaya keadilan, dan cahaya peduli.


Hingga, saat idul fitri, setelah digosok selama 30 hari di bulan Ramadan, jiwa manusia menjadi terang-benderang. Kemilaunya mengalahkan bintang, karena ruh mulia telah bersinar kembali. Ruh yang ada dalam jiwa manusia, yang berasal dari Allah, yang ditiupkan oleh Allah sebelum manusia dibalut materi. Idul Fitri adalah kembalinya manusia pada fitrahnya semula sebagaimana yang dikehendaki Allah. Pertanyaannya, akan dibawa ke mana fitrah diri yang telah bersinar itu?


Dalam perspektif haji, setelah mengenal diri yang fitrah di Arafah dan melontar jumroh di Mina, maka seseorang harus bersegera pergi ke Mekkah untuk bertawaf memurnikan tauhid kepada Allah, membangun spiritual komitmen. Di mekkah inilah peristiwa monumental penyembelihan ismail oleh Nabi Ibrahim terjadi, sebagai symbol penyembelihan terhadap kecintaan duniawi selain Allah.


Karena itu, tembuslah dimensi waktu, bersegeralah berjalan menuju Idul Adha, untuk membangun komitmen dan berprinsip pada kalimat : Laa Ilaah Illallaah.


Fitrah yang sudah bersinar sesungguhnya bukan untuk kebanggaan diri dan bukan pula untuk materialism. Semua potensi diri hanya untuk Allah, melalui keluarga, masyarakat, perusahaan, bangsa, dan negera.


Download
Video GRATIS ESQ disini -> 
bit.ly/ESQGratis


Share:

5 Jul 2016

MUDIK FISIK VS MUDIK SPIRITUAL

Hari raya idul Fitri merupakan puncak perjalanan spiritual seorang insan setelah selama satu bulan penuh berjuang membersihkan diri dari belenggu yang menutupi fitrah diri yang suci.

Hari raya adalah simbolisasi kemenangan fisik dimensi spiritual manusia dari perjalanan kecenderungan fisik atau biologis. Idul fitri memiliki arti kembali (Id) ke hakikat atau asal (Fitri). Dengan merayakan Idul Fitri setelah sebulan penuh digembleng melalui ibadah puasa, manusia dilatih melepaskan keterikatan dengan berbagai kebutuhan fisik makan, minum, dan lain-lain. Dengan demikian, manusia akan kembali sebagai makhluk spiritual yang telah mengikat perjanjian dengan Tuhannya. Saat Idul Fitri, seorang hamba kembali menjadi insan yang suci, taat pada Tuhannya, dan tidak lagi menuhankan kebutuhan fisiknya.

Kecenderungan menusia untuk “kembali ke asal” tampak pada tradisi mudik. Pulang ke kampung halaman yang secara masal dilakukan di masyarakat kita, pada dasarnya merupakan bukti bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk “kembali”. Kita melihat dan mungkim merasakan, setiap Idul Fitri orang selalu berjuang keras untuk bisa pulang kampung. Meskipun harus berjelal-jelal dikendaraan, meski harus menghabiskan tabungan selama satu tahun, mereka rela agar bisa kembali berkumpul dengan sanak saudara.

Dorongan untuk “kembali” saat Idul Fitri, sesungguhnya tidak hanya dalam bentuk mudik fisik yaitu tubuh kembali ke kampung halaman. “Id” juga bukan hanya bermakna mudik emosional yaitu bahagia bernostalgia bertemu kerabat atau teman lama.

Banyak orang yang mengartikan Lebaran hanya dari sisi mudik fisik dan emosional memaksakan diri dengan berbagai cara agar bisa pulang kampung, namun melupakan arti “Id” yang sesungguhnya, yaitu mudik spiritual. Banyak manusia yang jiwanya sudah mengembara jauh dari orbit yang seharusnya. Idul Fitri Sesudah berpuasa sebulan penuh adalah upaya untuk mengembalikan jiwa agar kembali bersih dari dorongan materi dan semata-mata hanya tunduk pada nilai-nilai mulia yang Allah berikan pada manusia ketika lahir ke muka bumi.


Jika kita kembali pada pemahaman esensial bahwa Idul Fitri adalah “mudik ke kampung spiritual”, maka tak semestinya setiap orang untuk selalu berupaya mudik ke kampung halaman saat Lebaran. Segala upaya keras, tenaga, pikiran untuk mudik fisik di kala Lebaran, bisa kita fokuskan untuk berjuang melakukan mudik spiritual, sehingga lebih memaknai dan mengimplementasikan arti Idul Fitri, kembali ke fitrah diri.
Share:

Contact

Info

BTemplates.com

Service

Training Personal Development, Seminar Motivasi, Workshop. Coaching, Outbound, Capasity Bulding, Assessement.

Our Works

Menyelenggarakan Training Untuk Karyawan, Pekerja, Ibu Rumah Tangga, Mahasiswa, pelajar dan Anak-anak, di seluruh Indonesia dan luar negeri.